http://www.blogsvertise.com/?rid=b33848
PENGUNJUNG SAAT INI

Bus Penumpang Terbalik, Seorang Tewas dan Tujuh Luka Berat

Bus penumpang CV Sepadan BK 7601 TH terbalik di Km 17-18 Jalan Siantar-Perdagangan, tepatnya di kawasan Nagori Bangun Kecamatan Gunung Malela Simalungun, menyebabkan seorang tewas dan 7 luka berat, Minggu(4/4) pagi.(Selengkapnya...)

KATEGORI BERITA

Jumat, 30 Oktober 2009


Label:

Awal Perdagangan Kamis Kembali Tajam

Jakarta (ANALISA)
Indeks harga saham gabungan (IHSG) di lantai Bursa Efek Indonesia (BEI) kini tengah mengarah pada tren pasar yang lesu (bearish). Pada penutupan transaksi Rabu (28/10) IHSG anjlok 69,89 poin (2,89%) ke level 2.355,31.
Pada awal pembukaan sesi I, Kamis (29/10), indeks kembali anjlok 46,089 poin (1,96%) ke level 2.309,225, bahkan sempat menyentuh level 2.276,125.

Volume perdagangan tercatat dibuka sebanyak 111,2 juta lembar saham senilai Rp 127,4 miliar, dengan total transaksi pembukaan mencapai 2.237 kali.
Begitupun dengan Bursa Asia, Nikkei 225 melemah 195,68 poin (1,94%) menjadi 9.879,37, Hang Seng anjlok 496,57 poin (2,28%) ke posisi 21.265,01 dan Straits Times turun 27,62 poin (1,04%) menjadi 2.621,36.
Penurunan IHSG Rabu lalu, diniali sebagai yang terparah dibanding bursa lainnya. Sebelumnya, Selasa (27/10) IHSG turun 42,51 poin (1,72%) ke level 2.425,201, dan Senin melemah tipis 0,23 poin (0,09%) menjadi 2.467,71.
Pada Rabu, total nilai transaksi yang dibukukan mencapai Rp 4,47 triliun dan volume perdagangan tercatat 11,62 juta lot, dengan frekuensi 105.536 kali. Sementara itu, 18 saham menguat dan 222 melemah, 36 ditutup stagnan, serta 189 saham tak ada transaksi. Pemodal asing melakukan pembelian saham Rp 928,93 miliar, sedangkan penjualnya mencapai Rp 1,1 triliun.
Sementara itu, Bursa Asia saat IHSG ditutup juga bergerak di zona merah. Indeks Hang Seng anjlok 408,01 poin (1,84%) ke level 21.761,58, Nikkei 225 terkoreksi 137,41 poin (1,35%) menjadi 10.075,05 dan Straits Times turun 38,24 poin (1,42%) ke posisi 2.656,26. Begitupun dengan indeks Dow Jones di Bursa Wall Street yang melemah 119,48 poin (1,21%) menjadi 9.762,69.
Pengamat Pasar Modal Gifar Indra Sakti kepada SP, di Jakarta, Rabu (28/10) menilai, anjloknya IHSG salah satunya dipicu oleh penurunan saham PT Bumi Resorces Tbk (BUMI) sebesar Rp 150 (5,88%) menjadi Rp 2.400, sehingga kapitalisasi BUMI turun tajam menjadi Rp 46,569 triliun dari sebelumnya Rp 49,48 triliun.
“Indeks masih ada potensi untuk turun. Kelihatannya sedangn tren bearish. Sebab, tekanan di Bakrie masih ada. Ada tekanan jual cukup besar. Selama investor belum mendapatkan kepastian dari manajemen BUMI terkait penyelesaian masalah gadai saham (repurchase agreement/Repo) maka investor pilih lepas barang,” ujarnya.
Menurutnya, penurunan BUMI itu menyebabkan para investor menjadi panik dan khawatir jikalau indeks akan terulang seperti pada Oktober 2008,di mana indeks berada di level 1.256,70. Oleh karena itu, pada investor melakukan panic selling.
Selain faktor BUMI, penurunan itu juga dipicu oleh penurunan saham di bursa regional dan juga laporan keuangan perusahaan kuartal III 2009. Indeks yang sudah naik terlalu tinggi 80% lebih dari awal tahun 2009 membuat investor saat ini marak melakukan aksi ambil untung (profit taking).
Lebih lanjut, dia menilai indeks Kamis (29/10) masih berpotensi untuk terkoreksi karena masih dalam tren melemah (down trend). “Secara teknikal belum ada rebound. Para investor sekarang profit taking dulu dan lebih banyak melihat di minggu depan karena ada pengumuman inflasi,” ungkap Gifar.
Infrastruktur
Terkait sektor, dia menilai sektor infrastruktur dapat menahan penurunan indeks. Namun, hal itu tampaknya tidak akan terlalu banyak membantu. “Indeks akan berada di support 2.334 dan resistance 2.378,” kata dia.
Sementara itu, Kepala Riset Financorfindo Nusa, Edwin Sebayang menambahkan, penurunan indeks itu juga dipicu oleh pelaku pasar yang masih menunggu pengumuman rencana kenaikan suku bunga acuan The Fed. “Kalau sampai terjadi kenaikan, kondisi pasar akan semakin memburuk dan tidak bergairah. Imbasnya indeks akan bergerak turun dengan nilai kapasitas pasar yang minim sejalan dengan memburuknya regional market,” ucapnya.
Bahkan, Analis Samuel Securities, Christine Salim mengatakan, penurunan IHSG disebabkan harga saham-saham di pasar sudah dianggap terlalu mahal. “Dengan PER (price earning ratio) 13 kali, sudah sangat tinggi dari rata-rata historical indeks sebesar 12,8 kali. Maka, pasar pun melakukan penyesuaian ke level yang dianggap wajar, yaitu pada kisaran 2.200, sehingga penurunan diperkirakan masih akan terus berlangsung. Pasar akan mengalami koreksi sehat di level 2.200,” katany


0 komentar:

Berita Terkait :

LOWONGAN KERJA